Langsung ke konten utama

KH. BADRUZZAMAN 1900 - 1972 - PEJUANG KEMERDEKAAN DARI GARUT


PEJUANG KEMERDEKAAN DARI GARUT

KH. Badruzzaman
(Mama Biru – Tarogong, Garut Jawa Barat)

Beliau lebih dikenal dengan Syaikhuna Badruzzaman, lahir tahun 1900 di Pesantren Al-Falah Biru Garut. Beliau adalah putra kelima dari sembilan bersaudara KH. Faqih bin KH. Adza’i, yang lebih populer dengan panggilan “Ama Biru”. Beliau mengaji kepada ayahnya, dan kepada pamannya dari pihak Ibu di Pesantren Pangkalan Tarogong yakni KH. R. Qurtubi dan selanjutnya pindah ke pondok yang diasuh oleh kakanya KH. Bunyamin (Syaikhuna Iming) di Ciparay Bandung. Kemudian beliau mendalami ilmu di Pondok Pesantren Cilenga Tasikmalaya, selanjutnya di Pondok Pesantren Balerante Cirebon.

Pada tahun 1920, beliau bersama kakaknya Syaikhuna Iming berangkat ke Tanah Suci untuk mendalami ilmu keislaman, bermukim selama tiga tahun. Tahun 1926, beliau ke Mekah lagi untuk kedua kalinya bermukim selama tujuh tahun. Diantara guru-guru beliau di Mekah adalah : Syeikh Alawi Maliki (Mufti Mekah dari madzhab maliki), dan Syeikh Sayyid Yamani (Mufti Mekah dari madzhab Syafi’i). Di Mekah, beliau mempunyai teman diskusi yaitu KH. Kholil dari Bangkalan Madura (Syeikh Kholil), sedangkan di Madinah beliau berguru kepada Syeikh Umar Hamdan (seorang Muhadditsin dari madzhab Maliki).

Pada tahun 1933, beliau kembali ke tanah air dan langsung memimpin Pondok Pesantren Al-Falah Biru melanjutkan ayahanda bersama kakaknya KH. Bunyamin. Pesantren beliau mengembangkan berbagai disiplin ilmu keislaman seperti Tafsir, Hadis, Fiqh, dan Ushul Fiqh, Ilmu Tasawuf, Nahwu, Sharaf, Ma’ani, Bayan, Badi’, Arud dan Maqulat.

Pada masa revolusi, beliau terjun dan bergabung dalam Hizbullah memimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda dengan mengkader para mujahid melalui khalwat. Pesantren Al-Falah Biru menjadi tidak aman dan menjadi sasaran musuh sehingga beliau memutuskan untuk mengungsi dan singgah di Cikalong (Wetan Purwakarta), Padalarang, Majenang (Jawa Tengah) dan Taraju (Tasik) dengan terus mengembangkan ilmu ditempat-tempat itu.
Dalam kehidupan politik dan organisasi, beliau beserta kyiai lain diantaranya KH. Mustafa Kamil mendirikan Organisasi al-Muwafaqoh sebagai wadah penyalur aspirasi umat islam untuk mengusir penjajah Belanda dan dipercaya sebagai ketua.

Pada tahun 1942, beliau bersama KH. Ahmad Sanusi (Sukabumi) mendirikan Persatuan Ulama, untuk mengikat ulama dalam satu wadah. Tahun 1951, organisasi ini berfungsi dengan Persyarikatan Umat Islam di Majalengka yang kemudian menjadi Persatuan Umat Islam (PUI).

Setelah kemerdekaan, tepatnya tahun 1945 beliau bergabung dengan Masyumi dan dipercaya menjadi anggota Majlis Syura dan kemudian aktif di PSII sebagai Ketua Masywi wilayah Jabar dan pada tahun 1967 atas ajakan keluarga dekatnya, KH. Badruzzaman masuk partai PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) duduk sebagai Majlis Tahkim.

Beliau mempelajari kitab-kitab yang membahas tarekat Tijaniyah yang diantaranya adalah kitab Jawahir al-Ma’ani yang disusun oleh Syeikh Ali harazim, Kitab Bughyah al-Mustafid yang disusun oleh Sayyid al-Arabi dan kitab al-Jaisyulkafil yang dikarang oleh Muhammad al-Sinqiti untuk selanjutnya mendiskusikan hasil Muthala’ahnya dengan Muqaddam Tarekat Tijaniyah yaitu Syeikh Utsman Dhomiri (salah satu Muqaddam Tarekat Jawa Barat), Syeikh Abbas Buntet Cirebon, KH. Sya’roni dari Jatibarang (Brebes Jawa Tengah) untuk selanjutnya beliau mengamalkan tarekat Tijaniyah dengan mendapatkan ijazah dari Syeikh Utsman Dhomiri.

Ketika beliau di Mekah, beliau mendalami ilmu tarekat Tijaniyah, salah satu tarekat Mu’tabarah dari Syeikh Ali at-Thayyib (Mufti Haramain dari madzhab Syafi’i) dan beliau diangkat sebagai Khalifah tarekat itu.

Beliau wafat pada awal tahun 1972 tepatnya pada tanggal 3 Ramadhan 1390 H dalam usia sekitar 72 tahun dan dimakamkan di samping Pondok Pesantren al-Falah Biru Garut.

#UlamaGarut

Syeikh Abu Qasim Juned Al-Bagdadi ra berkata :
"Barang siapa membuat tarekh (sejarah Biografi) seorang kekasih Allah maka sama dg menghidupkan kekuatan marifatnya Wali tersebut dihati kita. Dan barang siapa ziarah kepada seorang Waliyullah maka sama dengan mencintai Allah dan Rasulullah SAW"
Barakallahu Fiikum Aamiin

Fp Ulama di TarTar Sunda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SINGA BEKASI KH. Noer Ali, 15 juli 1914 - 03 may 1992

Tokoh Ulama dan Pejuang Bekasi                         🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩            ðŸ‡®ðŸ‡©#17_AGUSTUS_1945🇮🇩 🇮🇩#PAHLAWAN_Di_TATAR_SUNDA🇮🇩 Singa Bekasi julukan tersebut memang layak di berikan kepada KH Noer Ali, seorang Ulama besar yang terlahir dari keluarga Petani. Semangat Nasionalisme yang membara dalam dadanya mampu mengobarkan semangat Perjuangan  kepada masyarakat untuk melawan penjajah Belanda yang sejak lama menjajah tanah air. Beliau memimpin lasykar Rakyat Bekasi melawan Belanda, pernah bergabung dan menjadi Komandan Batalyon III Barisan Hizbulloh . Kh Noer Ali namanya sangat dikenal oleh rakyat dan ditakuti Belanda karena keberanian dan jiwa patriotnya. Beliau lahir di Desa Ujung Malang Bekasi tanggal 15 juli 1914 ayah beliu seorang petani bernama Anwar bin Layu dan  ibunya bernama Maimunah. Cita cita yang dimilki oleh Kh Noer Ali sejak masa kanak-kanak adalah "membangun dan menciptakan perkampungan Surga", sungguh suatu cita-cita yang sangat mul

ULAMA-ULAMA SYAFI'IYAH DARI GENERASI KE GENERASI BERIKUTNYA

ABAD KE-3 H Al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i (w. 204 H) Al-Imam al-Humaidi (w. 219 H) Al-Imam al-Buwaiti (w. 231 H) Al-Imam Ishaq bin Rahuyah (w. 238 H) Al-Imam Muhammad bin Syafi’i (w. 240 H) Al-Imam al-Karabisi (w. 245 H) Al-Imam at-Tujibi (w. 250H) Al-Imam al-Muzani (w. 264 H) Al-Imam Harmalah at-Tujibi (w. 243 H) Al-Imam Bukhari (w. 256 H) Al-Imam az-Za’farani (w.  260 H) Al-Imam Muslim (w. 261 H) Al-Imam Ahmad bin Syayyar al-Marwazi (w. 268 H) Al-Imam ar-Rabi’ ibn Sulaimanal-Muradi (w. 270 H) Al-Imam Ibnu Majah (w. 275 H) Al-Imam Abu Daud (w. 276 H) Al-Imam Abu Hatim ar-Razi (w. 277 H) Al-Imam ad-Darimi (w. 280 H) Imam Abu Ja’far at-Tirmidzi (w. 295 H) Al-Imam Junaid al-Baghdadi (w. 298 H) ABAD KE-4 H al-Imam an-Nasa’i (w. 303 H) al-Imam at-Thabari (w. 305 H) al-Imam Ibnu Surej (w. 306 H) al-Imam ‘Abdullah bin Muhammad Ziyad an-Nisaburi (w. 324 H) al-Imam Ibnu Qasi (w. 335 H) al-Imam as-Su’luki (w. 337 H) al-Imam al-Asy’ari (w. 324 H) al-Imam