Langsung ke konten utama

SINGA BEKASI KH. Noer Ali, 15 juli 1914 - 03 may 1992


Tokoh Ulama dan Pejuang Bekasi
                        🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
           🇮🇩#17_AGUSTUS_1945🇮🇩
🇮🇩#PAHLAWAN_Di_TATAR_SUNDA🇮🇩
Singa Bekasi julukan tersebut memang layak di berikan kepada KH Noer Ali, seorang Ulama besar yang terlahir dari keluarga Petani. Semangat Nasionalisme yang membara dalam dadanya mampu mengobarkan semangat Perjuangan  kepada masyarakat untuk melawan penjajah Belanda yang sejak lama menjajah tanah air.

Beliau memimpin lasykar Rakyat Bekasi melawan Belanda, pernah bergabung dan menjadi Komandan Batalyon III Barisan Hizbulloh . Kh Noer Ali namanya sangat dikenal oleh rakyat dan ditakuti Belanda karena keberanian dan jiwa patriotnya.

Beliau lahir di Desa Ujung Malang Bekasi tanggal 15 juli 1914 ayah beliu seorang petani bernama Anwar bin Layu dan  ibunya bernama Maimunah. Cita cita yang dimilki oleh Kh Noer Ali sejak masa kanak-kanak adalah "membangun dan menciptakan perkampungan Surga", sungguh suatu cita-cita yang sangat mulia yang terucap dari Kh Noer Ali kecil , beliau belajar dari mengaji alquran pada ayahnya dan kakaknya, usia lima tahun sudah mampu menghapul surat-surat pendek Alquran.

Menginjak usia 7 tahun Kh Noer Ali mengaji kepada Guru Maksum bekasi dan Guru Mughni, banyak sekali ilmu yang didapat dari kedua gurunya tersebut yang mendasari jiwanya dengan ruh-ruh keislaman , beranjak remaja Kh Noer Ali belajar kepada ulama besar di Betawi bernama Guru Marzuki disamping mempelajari ilmu-ilmu agama Guru Marzuki juga  mengajari ilmu-ilmu beladiri , Hingga Beliau terkenal sakti dan tidak mempan ditembus peluru , bahkan Penjajah belandapun kesulitan menangkap Kh Noer Ali , sering menghilang dan tidak dapat dilihat oleh mata awam  hingga masyarakatpun memberi gelar Kh Noer Ali sebagai" belut Putih" yang sangan licin. 



Dengan semangat belajar yang tinggi Kh Noer Ali dengan Berat Hati Mengutarakan keinginannanya kepada ayahnya bahwa dirinya akan Menuntut Ilmu di Mekkah, Kh Noer Ali menyadari betul siapa ayahnnya yang hanya seorang Petani dan tidak mungkin memilki banyak uang  untuk belajar Di Mekkah. Karena didorong rasa semangat belajar anaknya yag tinggi, ayahnya pun tak ingin mematahkan semangatnya  , maka Ayahnyapun berusaha keras untuk mendapatkan Uang agar anaknya dapat belajar di Mekkah walaupun harus meminjam dan dibayar dengan di cicil selama bertahun-tahun. Dengan harapan kelak anaknya dapat menjadi orang yang berguna di masyarakat.

Tahun 1934 Kh Noer Ali akhirnya melanjutkan belajar Di Mekkah  di madrash Darul u’lum, guru-guru beliau antara lain Syeck Ali al maliki, Syech Umar Turki, Syeck umar Hamdan Syech Ahmad Fathani dll. DiMekkah beliau bertemu dengan pelajar asal indonesia seperti Kh Masturo, Kh Sybro Malisi, Kh Hasbulloh dan masih banyak lagi. Hingga beliau memperakarsai membentuk himpunan Pelajar betawi dan  Himpunan Pelajar Indonesia karena jiwa Nasionalisme dan prihatin melihat Bangsa Indonesia masih di jajah oleh Belanda.  Bersama dengan rekan-rekannya Kh Noer Ali aktif melakukan pertemuan-pertemuan untuk mencari solusi dan dukungan bagaimana mengusir penjajah Belanda dari Bumi Indonesia.

Setelah enam tahun belajar di Mekkah Kh .Noer Ali mendirikan Pondok pesantren Attaqwa di ujung harapan Bekasi, disamping mengajar di pesantren Kh Noer Ali juga mengajak umat untuk angkat senjata melawan Penjajah Belanda, walaupun dengan senjata yang sangat sederhana namun banyak dari rakyat yang begabung dengan Kh Noer Ali untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Apalagi nama Kh Noer Ali sudah sangat terkenal dengan kesaktiaannya. Suatu Ketika beliau ditangkap Belanda hanya pasrah saja dan tidak melakukan perlawanan, Kh Noer Ali digring masuk kedalam Truk Tentara Belanda.  Ditengah jalan KH noer Ali memohon kepada Alloh minta perlindungan, Bukan main kagetnya tentara Belanda yang mengawal Kh Noer Ali di dalam Truk, Kh Noer Ali menghilang begitu saja dalam pandangan mata tentara Belanda. Membuat Nyali Tentara Belanda semakin Ciut "Pimpinannnya saja sakti gimana dengan tentara Kh Noer Alinya????kata tentara Belanda. jatulah mental -mental tentara belanda dalam  menghadapi Lasykar-lasykar yang diPimpin Kh Noer Ali.

Dan suatu ketika Kh noer Ali dan para lasykarnya bergerilya kedalam hutan, para lasykar terlihat sangat kelaparan karena berperang Gerilya dengan Pasukan Belanda, Saat intu Kh Noer Ali sholat selesai sholat minta kepada Alloh agar di berikan para lasykar tersebut makanan. Maka dengan mengulum dan merlemparkan secarik kertas ketanah tiba-tiba terbentang dihadapannya Nasi dan lauk pauknya, Subhanalloh…..

Dan Ketika masa perjuangan dengan Penjajah berakhir Kh Noer Ali kembali berjuang  dibidang Dakwah dan pendidikan  di Pondok Pesantren At Taqwa  yang ia bangun di Bekasi.  walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al habsyi Kwitang jakarta untuk bertabaruk.

Tanggal 3 may 1992 Kh Noer Ali wafat dalam usia 78 tahun. Masyarakat dan para ulama merasa sangat kehilangan sosok ulama dan pejuang yang telah banyak berjasa bagi negara. Maka tahun 2006 Pemerintah memberikan gelar pahlawan Nasional Kepada Kh Noer Ali dan Namanya pun di abadikan menjadi nama jalan Kh Noer Ali di kali malang bekasi. Kini Pondok pesantrennya pun berkembang dengan Pesat.(fy)

#UlAma_Bekasi
Syeikh Abu Qasim Juned Al-Bagdadi ra berkata :

"Barang siapa membuat tarekh (sejarah Biografi) seorang kekasih Allah maka sama dg menghidupkan kekuatan marifatnya Wali tersebut dihati kita. Dan barang siapa ziarah kepada seorang Waliyullah maka sama dengan mencintai Allah dan Rasulullah SAW"

Barakallahu Fiikum Aamiin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KH. BADRUZZAMAN 1900 - 1972 - PEJUANG KEMERDEKAAN DARI GARUT

PEJUANG KEMERDEKAAN DARI GARUT KH. Badruzzaman (Mama Biru – Tarogong, Garut Jawa Barat) Beliau lebih dikenal dengan Syaikhuna Badruzzaman, lahir tahun 1900 di Pesantren Al-Falah Biru Garut. Beliau adalah putra kelima dari sembilan bersaudara KH. Faqih bin KH. Adza’i, yang lebih populer dengan panggilan “Ama Biru”. Beliau mengaji kepada ayahnya, dan kepada pamannya dari pihak Ibu di Pesantren Pangkalan Tarogong yakni KH. R. Qurtubi dan selanjutnya pindah ke pondok yang diasuh oleh kakanya KH. Bunyamin (Syaikhuna Iming) di Ciparay Bandung. Kemudian beliau mendalami ilmu di Pondok Pesantren Cilenga Tasikmalaya, selanjutnya di Pondok Pesantren Balerante Cirebon. Pada tahun 1920, beliau bersama kakaknya Syaikhuna Iming berangkat ke Tanah Suci untuk mendalami ilmu keislaman, bermukim selama tiga tahun. Tahun 1926, beliau ke Mekah lagi untuk kedua kalinya bermukim selama tujuh tahun. Diantara guru-guru beliau di Mekah adalah : Syeikh Alawi Maliki (Mufti Mekah dari madzhab maliki)...

Mama Sempur, Plered Purwakarta

KH Tubagus (Tb) Ahmad Bakri, lebih dikenal dengan sebutan Mama Sempur. Mama merupakan istilah bahasa sunda yang berasal dari kata rama artinya Bapak. Di kalangan masyarakat Jawa Barat, kata Mama ini biasanya disematkan kepada Ajengan atau Kiai sehingga sebutannya menjadi Mama Ajengan atau Mama Kiai. Sementara Sempur adalah sebuah Desa yang ada di Kecamatan Plered, Purwakarta, Jawa Barat.<> Mama Sempur lahir di Citeko, Plered, Purwakarta, Jawa Barat pada tahun 1259 H atau bertepatan dengan tahun 1839 M, ia merupakan putera pertama dari pasangan KH Tubagus Sayida dan Umi, selain KH Tubagus Ahmad Bakri dari pasangan ini juga lahir Tb Amir dan Ibu Habib. Keturunan Rasulullah saw Dari jalur ayahnya, silsilah KH. Tubagus Ahmad Bakri sampai kepada Rasulullah saw sebagaimana dapat dilihat dalam karyanya yang berjudul Tanbihul Muftarin(h. 22), sebagaimana berikut KH. Tb. Ahmad Bakri bin KH. Tb. Saida bin KH. Tb. Hasan Arsyad Pandeglang bin Maulana Muhammad Mukhtar Pandeglang bin...

ULAMA-ULAMA SYAFI'IYAH DARI GENERASI KE GENERASI BERIKUTNYA

ABAD KE-3 H Al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i (w. 204 H) Al-Imam al-Humaidi (w. 219 H) Al-Imam al-Buwaiti (w. 231 H) Al-Imam Ishaq bin Rahuyah (w. 238 H) Al-Imam Muhammad bin Syafi’i (w. 240 H) Al-Imam al-Karabisi (w. 245 H) Al-Imam at-Tujibi (w. 250H) Al-Imam al-Muzani (w. 264 H) Al-Imam Harmalah at-Tujibi (w. 243 H) Al-Imam Bukhari (w. 256 H) Al-Imam az-Za’farani (w.  260 H) Al-Imam Muslim (w. 261 H) Al-Imam Ahmad bin Syayyar al-Marwazi (w. 268 H) Al-Imam ar-Rabi’ ibn Sulaimanal-Muradi (w. 270 H) Al-Imam Ibnu Majah (w. 275 H) Al-Imam Abu Daud (w. 276 H) Al-Imam Abu Hatim ar-Razi (w. 277 H) Al-Imam ad-Darimi (w. 280 H) Imam Abu Ja’far at-Tirmidzi (w. 295 H) Al-Imam Junaid al-Baghdadi (w. 298 H) ABAD KE-4 H al-Imam an-Nasa’i (w. 303 H) al-Imam at-Thabari (w. 305 H) al-Imam Ibnu Surej (w. 306 H) al-Imam ‘Abdullah bin Muhammad Ziyad an-Nisaburi (w. 324 H) al-Imam Ibnu Qasi (w. 335 H) al-Imam as-Su’luki (w. 337 H) al-Imam al-Asy’ari (w. 324 H) al-...