Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

SINGA BEKASI KH. Noer Ali, 15 juli 1914 - 03 may 1992

Tokoh Ulama dan Pejuang Bekasi                         🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩            ðŸ‡®ðŸ‡©#17_AGUSTUS_1945🇮🇩 🇮🇩#PAHLAWAN_Di_TATAR_SUNDA🇮🇩 Singa Bekasi julukan tersebut memang layak di berikan kepada KH Noer Ali, seorang Ulama besar yang terlahir dari keluarga Petani. Semangat Nasionalisme yang membara dalam dadanya mampu mengobarkan semangat Perjuangan  kepada masyarakat untuk melawan penjajah Belanda yang sejak lama menjajah tanah air. Beliau memimpin lasykar Rakyat Bekasi melawan Belanda, pernah bergabung dan menjadi Komandan Batalyon III Barisan Hizbulloh . Kh Noer Ali namanya sangat dikenal oleh rakyat dan ditakuti Belanda karena keberanian dan jiwa patriotnya. Beliau lahir di Desa Ujung Malang Bekasi tanggal 15 juli 1914 ayah beliu seorang petani bernama Anwar bin Layu dan  ibunya bernama Maimunah. Cita cita yang dimilki oleh Kh Noer Ali sejak masa kanak-kanak adalah "membangun dan menciptakan perkampungan Surga", sungguh suatu cita-cita yang sangat mul

KH. BADRUZZAMAN 1900 - 1972 - PEJUANG KEMERDEKAAN DARI GARUT

PEJUANG KEMERDEKAAN DARI GARUT KH. Badruzzaman (Mama Biru – Tarogong, Garut Jawa Barat) Beliau lebih dikenal dengan Syaikhuna Badruzzaman, lahir tahun 1900 di Pesantren Al-Falah Biru Garut. Beliau adalah putra kelima dari sembilan bersaudara KH. Faqih bin KH. Adza’i, yang lebih populer dengan panggilan “Ama Biru”. Beliau mengaji kepada ayahnya, dan kepada pamannya dari pihak Ibu di Pesantren Pangkalan Tarogong yakni KH. R. Qurtubi dan selanjutnya pindah ke pondok yang diasuh oleh kakanya KH. Bunyamin (Syaikhuna Iming) di Ciparay Bandung. Kemudian beliau mendalami ilmu di Pondok Pesantren Cilenga Tasikmalaya, selanjutnya di Pondok Pesantren Balerante Cirebon. Pada tahun 1920, beliau bersama kakaknya Syaikhuna Iming berangkat ke Tanah Suci untuk mendalami ilmu keislaman, bermukim selama tiga tahun. Tahun 1926, beliau ke Mekah lagi untuk kedua kalinya bermukim selama tujuh tahun. Diantara guru-guru beliau di Mekah adalah : Syeikh Alawi Maliki (Mufti Mekah dari madzhab maliki)

ULAMA-ULAMA SYAFI'IYAH DARI GENERASI KE GENERASI BERIKUTNYA

ABAD KE-3 H Al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i (w. 204 H) Al-Imam al-Humaidi (w. 219 H) Al-Imam al-Buwaiti (w. 231 H) Al-Imam Ishaq bin Rahuyah (w. 238 H) Al-Imam Muhammad bin Syafi’i (w. 240 H) Al-Imam al-Karabisi (w. 245 H) Al-Imam at-Tujibi (w. 250H) Al-Imam al-Muzani (w. 264 H) Al-Imam Harmalah at-Tujibi (w. 243 H) Al-Imam Bukhari (w. 256 H) Al-Imam az-Za’farani (w.  260 H) Al-Imam Muslim (w. 261 H) Al-Imam Ahmad bin Syayyar al-Marwazi (w. 268 H) Al-Imam ar-Rabi’ ibn Sulaimanal-Muradi (w. 270 H) Al-Imam Ibnu Majah (w. 275 H) Al-Imam Abu Daud (w. 276 H) Al-Imam Abu Hatim ar-Razi (w. 277 H) Al-Imam ad-Darimi (w. 280 H) Imam Abu Ja’far at-Tirmidzi (w. 295 H) Al-Imam Junaid al-Baghdadi (w. 298 H) ABAD KE-4 H al-Imam an-Nasa’i (w. 303 H) al-Imam at-Thabari (w. 305 H) al-Imam Ibnu Surej (w. 306 H) al-Imam ‘Abdullah bin Muhammad Ziyad an-Nisaburi (w. 324 H) al-Imam Ibnu Qasi (w. 335 H) al-Imam as-Su’luki (w. 337 H) al-Imam al-Asy’ari (w. 324 H) al-Imam

Mama Sempur, Plered Purwakarta

KH Tubagus (Tb) Ahmad Bakri, lebih dikenal dengan sebutan Mama Sempur. Mama merupakan istilah bahasa sunda yang berasal dari kata rama artinya Bapak. Di kalangan masyarakat Jawa Barat, kata Mama ini biasanya disematkan kepada Ajengan atau Kiai sehingga sebutannya menjadi Mama Ajengan atau Mama Kiai. Sementara Sempur adalah sebuah Desa yang ada di Kecamatan Plered, Purwakarta, Jawa Barat.<> Mama Sempur lahir di Citeko, Plered, Purwakarta, Jawa Barat pada tahun 1259 H atau bertepatan dengan tahun 1839 M, ia merupakan putera pertama dari pasangan KH Tubagus Sayida dan Umi, selain KH Tubagus Ahmad Bakri dari pasangan ini juga lahir Tb Amir dan Ibu Habib. Keturunan Rasulullah saw Dari jalur ayahnya, silsilah KH. Tubagus Ahmad Bakri sampai kepada Rasulullah saw sebagaimana dapat dilihat dalam karyanya yang berjudul Tanbihul Muftarin(h. 22), sebagaimana berikut KH. Tb. Ahmad Bakri bin KH. Tb. Saida bin KH. Tb. Hasan Arsyad Pandeglang bin Maulana Muhammad Mukhtar Pandeglang bin

Muqodimah

 Darul ayam adalah sebuah tempat di kampung cangkring selatan, Sukaasih, Sukatani, Bekasi, Jawa Barat. Di sana tempat kumpulnya pemuda inspiratif, positif, dan inisiatip. Aktipitas Pemuda darul ayam itu lebih ke arah yang positip seperti mancing, ngingu ayam, jaer, berkebun, diskusi, berekperimen gugel dan lain lain. Filosofi   Darul ayam berdiri sejak 2010 saat itu dihuni oleh ayam. Aktipitasnya hanyalah ayam kemudian bertambah kebun dan empang jaer. Beberapa lama kemudian satu persatu datang agar perkumpulan mnjadi positif diadakanya pengajian. Ayam pun satu persatu melarikan diri tinggal lah perkumpulan darul ayam. Aktivitas   Aktipitas Darul Ayam tergolong lumayan Padat diantaranya yaitu : 1. Pengajian Kitab 2. Berziarah atau adventure religi 3. Andil di acara PHBI dan acara sosial lainya 4. Mancing jaer 5. Nandur Cabe 6. Ekperimen inverter Pengajian kitab biasanya dilakukan ba'da isya dikala waktu kosong dan lagi pada kumpul. Adventur religi biasanya dilaksan

Wisata religi berziarah ke Makam walisongo

 Alhamdulillah.. kemarin kita ada kesempatan untuk berziarah ke makam walin songo.. walaupun tidak semua dikunjungi.. Tanggal 31 desember 2018 tempat yang kita tuju adalah 1. Makam Sunan Gunung jati  (Syarif Hidayatullah) Cirebon. 2. Makam Sunan Kudus 3. Makam Sunan Muria 4. Makam Sunan Kali jaga

Sejarah singkat Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) Cirebon Jawa Barat

  Sunan Gunung Jati yang mempunyai nama lain Syarif Hidayatullah atau juga Sayyid Al- Kamil merupakan salah seorang  walisongo. Beliau adalah putra dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alim ( Raja Mesir ) dan Nyai Rara Santang yang merupakan putri dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi, setelah masuk islam namanya menjadi Syarifah Mudaim . Sunan Gunung Jati dilahirkan pada tahun 1448 M.   Ketika masih muda Sunan Gunung Jati sudah ditinggal mati oleh ayahnya dan dia langsung ditunjuk untuh menggatikan ayahnya sebagai raja Mesir. Pada waktu itu dia menolak  untuk melaksanakan perintah itu. Sunan Gunung Jati dan ibunya pulang ke Tanah Jawa, dia bermaksud akan melaksanakan dakwah di daerah Jawa Barat, sedangkan tahta jabatan Raja Mesir yang dibebankan kepada dirinya diberikan kepada adik beliau yang bernama Syarif Nurullah . Waktu berada di negeri Mesir Sunan Gunung Jati banyak belajar ilmu agama ke para ulama besar di Timur Tengah. Dengan hal itu, meskipun u